Dari sekian banyak manusia yang terlahir ke dunia, pasti membawa keistimewaan tersendiri hasil pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa. Ada yang pintar dan berbakat di bidang pelajaran sekolah, ada yang bakat dalam bidang keagamaan, ada yang bakat dalam bidang spiritual, dan masih banyak bakat dibidang lain yang dimiliki setiap orang.
Sama halnya dengan Mbah Nasir. Sosok pemuda yang mempunyai nama asli Hanifatul Habib Nasirudin, yang lahir pada hari Jum’at Kliwon, tanggal 08 Januari 1988 ini pun di anugerahi keistimewaan dalam hal spiritual oleh Tuhan. Dalam bidang pelajaran sekolah, bisa dikatakan kurang mahir, tapi ketajaman dalam bidang spiritual (ilmu kebathinan), tak dapat diragukan lagi. Banyak orang di lingkungan tempat tinggalnya mengakui kehebatan ilmu spiritualnya meskipun usianya masih seumuran jagung.
Mbah Nasir memang terlahir dari latar belakang keluarga yang mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat. Ayahnya adalah “orang pintar” dikampung. Berawal dari situlah, Mbah Nasir mulai tertarik dengan dunia supranatural dan mulai mendalaminya. Mulanya, beliau belajar dari ayahnya sendiri. Namun karena bakat yang dimiliki Mbah Nasir sangat luar biasa hebat dalam menyerap ilmu spiritual, dengan cepat Mbah Nasir menguasai semua ilmu dari ayahnya. Belum puas dengan semua itu, mbah Nasir meminta ijin orang tua untuk memperdalam ilmu dan mencari Guru Spiritual keluar kampung.
Mengembara Mencari Guru Spiritual
Sudah tak terhitung guru spiritual yang dikunjungi dan diserap ilmunya oleh Mbah Nasir. Banyak guru yang senang dengan sikap Nasir Kecil. Sampai suatu hari beliau bertahan pada satu guru spiritual Jawa. Beliau bertahan bukan tanpa sebab. Beliau bertahan karena ada yang menyedot perhatiannya. Sebagai Pria normal, Mbah Nasir juga mempunyai ketertarikan seksual terhadap lawan jenis.
Bertahun-tahun Mbah Nasir menghabiskan waktu hanya untuk memperdalam Ilmu Pengasihan. Sang guru mengakui, bakat dan kecerdasan Mbah Nasir sangat luar biasa dalam menyerap dan mempraktekkan Ilmu Pengasihannya. Selain itu, beliau adalah ahli tirakat yang bagus dan konsisten. Tak heran, sang guru sempat kagum dan tercengang melihat sosok pemuda yang mempunyai keinginan sekuat Mbah Nasir.
Nyasar di Alam Ghaib Tanpa Sadar
Karena sudah sangat lama Mbah Nasir berguru, dan berhasil menguasai Ilmu Pengasihan sampai level tingkat tinggi, akhirnya beliau berpamitan untuk pulang kampung halaman. Sang guru pun mengijinkan dan hanya berpesan “ati-ati yo le, nek ono wektu angger moro mrene, simbah bakal seneng” (hati-hati ya nak, kalau ada waktu silahkan datang kesini, saya akan senang). Malam itu bertepatan malam weton dari Mbah Nasir. Satu jam lewat dari tengah malam, beliau pulang dengan berjalan kaki untuk turun menyusuri gunung menuju perkampungan.
Seperti biasanya, beliau melewati jalan setapak yang hanya bisa dilewati satu orang saja. Pemandangan yang terlihat di kanan kiri hanyalah pohon besar, tinggi, kokoh berdiri, dengan daun yang sangat lebat. Namun sudah menjadi kebiasaan Mbah Nasir sehari-hari ketika turun gunung untuk mencari kebutuhan hidup.
Hanya berbekal senter, beliau menelusuri jalan setapak tersebut. Ditengah perjalanan yang gelap gulita, beliau tersandung semacam oyot (akar). Namun Mbah Nasir tak menghiraukan. “Ah, sudah biasa tersandung seperti itu”, pikir beliau dalam benaknya. Kejadian ini baru terasa aneh ketika melewati sebuah tempat dimana belum pernah dilewati sebelumnya. Mbah Nasir tak panik sedikitpun dengan apa yang di alaminya.
Sampai akhirnya, Mbah Nasir dipanggil oleh seorang kakek tua yang memakai teken (tongkat penyangga). “Le, mreneo sedelok, aku wis suwe nunggu awakmu lewat ning kene, ora perlu wedi, aku iki mbahmu, mbah Suko”. (Nak, kesini sebentar, aku sudah lama menanti kamu lewat kesini, jangan takut, aku ini kakekmu, kakek Suko). Bergegaslah Mbah Nasir mendekat ke arah kakek tua tersebut. Berbagai macam petuah dan wejangan diberikan kepada Mbah Nasir.
Sampai akhirnya, kakek tersebut mengatakan, “balio ning alammu dewe, ora ning kene panggonmu. Pesenku, gunakke kesaktianmu kanggo bantu wong sing butuh. Aku sing bakal ngarahke awakmu yen kowe keliru“. (Kembalilah ke duniamu, bukan disini tempatmu. Pesanku, gunakan kesaktianmu untuk membantu orang yang membutuhkan. Aku yang akan membimbingmu kalau kamu keliru). Setelah ditunjukkan jalan keluar, tersadarlah Mbah Nasir kalau dirinya sedang tidak berada di alam yang seharusnya.
Munculnya Julukan ” Mbah Nasir “
Setelah bertahun-tahun meninggalkan kampung halaman untuk belajar dan mengasah ilmu kebathinan, akhirnya Mbah Nasir disambut gembira oleh teman, kerabat, masyarakat, dan orang tua khususnya. Tak sedikit dari teman, kerabat, bahkan lingkungan masyarakat yang menanyakan apa saja yang didapatkan setelah mendalami ilmu supranatural. Banyak juga yang meminta solusi kepada Mbah Nasir (terutama para Pria) perihal mendapatkan wanita yang disukainya.
Yah, kerana Mbah Nasir terkenal baik hati, dan tidak sombong di masyarakat. Apalagi didukung dengan latar belakang orang tua yang dihormati di lingkungannya, tak heran kalau teman dari Mbah Nasir sangatlah banyak. Baik dari anak muda, dewasa, bahkan orang tua banyak menyukai tindak tanduk (perilaku) beliau. Sesungguhnya Mbah Nasir tidak ingin sombong dengan menunjukkan kewaskitaanya di depan masyarakat. Namun karena keprihatinan Mbah Nasir terhadap para Pria yang sering mengeluh kesulitan mendapatkan wanita idaman inilah, dengan senang hati Mbah Nasir membagikan sedikit pengalamannya.
Di asmaklah beberapa batu mustika untuk dibuat ageman. Sebelum dibagikan ke taman atau kerabat, Mbah Nasir sebelumnya mengatakan “ iki mung sarono kanggo ikhtiar. Kasil lan orane, kersane Gusti Kang Kuasa sing nentukake. Nanging siji kang kudu kabeh dingerteni. Yen awakmu manteb, yoiku sing bakale keturutan” (ini hanyalah sarana bathin. Berhasil atau tidaknya, Tuhan Yang Maha Kuasa-lah yang menentukan. Namun satu yang perlu diketahui. Jika kamu mantab, maka itu yang akan tercapai).
Selain memberikan ageman, tentu Mbah Nasir memberikan wejangan untuk usaha lahir, sebagai tindakan nyata dari ikhtiar. Selang beberapa minggu para kerabat yang diberi ageman oleh Mbah Nasir menceritakan dengan gembiranya, bahwasannya mereka bershasil mendapatkan wanita yang di inginkan. Dari keberhasilan itulah muncul sebutan “Mbah” oleh para kerabat. “Mbah” bukan berarti sebutan untuk orang yang sudah sepuh (tua). Melainkan sebutan untuk seorang guru spiritual yang hebat.